Homeschooling Omar

Hai, perkenalkan aku Gita.

Sejak punya anak, sekarang lebih sering dipanggil Bunda Omar—atau Bundamar, hehe.

Alasan Homeschooling

Kami memutuskan untuk menjalankan homeschooling bagi Omar saat usianya menginjak 4 tahun. Salah satu alasannya : Omar adalah anak gifted. Allahumma Baarik, Omar❤️

Singkatnya, gifted adalah kondisi di mana anak memiliki IQ sangat tinggi (very superior) yang disertai dengan karakteristik khusus. Atas izin Allah, kemampuan ini juga berdampingan dengan SPD (Sensory Processing Disorder), yang membuat Omar perlu ikhtiar lebih dibanding anak-anak tipikal lainnya. 

FYI, karakteristik anak gifted saja sudah cukup menantang—apalagi jika disertai dengan SPD. MasyaAllah banget, deh hihi.

— Juli 2024 —

Bulan ini seharusnya Omar mulai masuk TK di salah satu TKIT di Tambun Selatan, Bekasi. Tapi, setelah hasil asesmen dari Psikolog di Manda Center Bogor, menunjukkan bahwa Omar adalah anak gifted, kami mendapatkan rekomendasi untuk langsung menftarkan ke SD bukan TK. Dar der dor banget gak sih???💥 

Risiko kalau Omar tetap masuk TK cukup besar. TK A bakal terlalu mudah untuk dia—apalagi Omar sudah bisa membaca sendiri tanpa diajarkan. Kalau aktivitasnya terlalu ringan, bisa-bisa dianggap sepele, lalu muncul penolakan untuk sekolah. Lama-lama jadi suka negosiasi karena merasa gak tertantang. Dan kalau dibiarkan, hal-hal seperti ini bisa bikin dia frustrasi dan memicu perubahan perilaku.

Akhirnya, Oke! Pendaftaran TK resmi Bunda cabut di H-7 sebelum hari pertama sekolah. Hidup memang penuh kejutan ya, masyaAllah💝

Masalah Baru: Mau sekolah di mana?

Nah PR berikutnya adalah SD mana yang bisa menerima anak usia 4 tahun? Apalagi sekarang sudah gak ada lagi program akselerasi, dan usia minimal masuk SD adalah 7 tahun, sesuai rekomendasi dari Kemendikbud. Sementara waktu tinggal seminggu lagi sebelum tahun ajaran baru dimulai! 😭 

"Masa tahun ini gak jadi sekolah sih? Padahal Bunda udah membayangkan punya waktu 'free' pas Omar sekolah" pikirku. Tapi...

Allah Maha Tau, Allah Maha Baik. Semuanya sudah direncanakan dengan begitu indah—tanpa kesulitan sedikit pun dalam waktu 7 hari itu

Seseorang memberitahu Bunda tentang yang namanya homeschooling. Katanya, sekarang banyak anak-anak yang belajar lewat jalur ini. "Wah apanih? Dunia baru banget buatku"🥹

Langsung deh aku buka Instagram dan ketik "homeschooling" di kolom pencarian. Di daftar teratas muncul akun @HS.SEKOLAHKU yang berlokasi di Depok. Aku scroll..scroll.. menarik! Aku langsung hubungi adminnya dan masyaAllah rasanya kayak lewat jalan tol — lancar aja gitu, sat-set, tanpa hambatan. Biidznillah...

Dengan penuh keyakinan, hari Rabu, 10 Juli 2024, Bunda membayar biaya pendaftaran—yang ternyata sudah termasuk biaya observasi awal sebelum memulai pembelajaran. Gak lama, mereka memberi kabar bahwa besok akan ada dua orang datang ke rumah: Kak Mitha dan Kak Clara.

Hah Besok?! Gercep juga.

Bayangan bunda nih, mereka akan datang naik mobil dinas gitu, lho. Ternyata kak Mitha dari Depok ke Tambun Selatan naik motor dan Kak Clara naik KRL. 

Dari Depok ke Tambun Selatan! 

Teman-teman yang di Jabodetabek kebayang dong itu jauhnya, panasnya, ribet rutenya😩 

Tapi justru di situ aku merasa tersentuh. Ini bukan sekadar urusan profesionalitas—aku melihat ketulusannya. Mungkin ada yang bilang, "Kan mereka dibayar, wajar aja."

Gak. Ini beda. ini jauuuuuhhh banget. Bekasi aja sering dikatain planet, apalagi Tambun Selatan. Huaaaa😭

11 Juli 2024


Hari ini, kakak-kakak dari @HS.SEKOLAHKU datang ke rumah untuk melakukan observasi. Tujuannya adalah untuk memastikan kembali diagnosa Gifted dari Manda Center Bogor.. Soalnya menurut Bu evi, anak gifted dan spektrum Asperger bisa memiliki ciri-ciri yang mirip.

Oke, aku ikutin nurut aja—jujur, aku 0 banget deh saat itu. Kami ngobrol keseharian keluarga, rutinitas di rumah, bahkan mereka juga melihat langsung kondisi ruangan dan lingkungan sekitar. Ternyata ini bagian dari survey lingkungan, yang nantinya akan jadi pertimbangan dalam penyesuaian kurikulum.

Omar sendiri sebelumnya sudah tes IQ di Manda Center Bogor dengan metode Skala Wechsler, dan hasilnya masuk kategori very superior. Nah, untuk mengonfirmasi hasil tersebut, Kak Mitha dan Kak Clara melakukan tes IQ ulang menggunakan metode Standford Binet. (Jangan tanya bedanya apa karena aku bukan psikolog hihihi😅)

Tes IQ dimulai sekitar pukul 14.30 dan baru selesai 17.30 WIB. Tiga jam! Bayangin Omar harus menjawab pertanyaan dan mengerjakan berbagai tugas selama itu. Menyala otakmu Omarrr🔥 hahaha

Dan lucunya, 3 jam itu masih kurang🤣🤣

Di 30 menit terakhir, Omar sudah kehilangan fokusnya. Dia bosan, lapar dan mulai bilang "Kapan ini selesainya?" Akhirnya Kak Mitha dan Kak Clara berdiskusi dengan Bu Evi, mereka memutuskan untuk datang lagi besok untuk melanjutkan tesnya. 

HAH?! Depok - Tambun Selatan lagi?!!!😭

Sekali lagi, aku dibuat kagum. Ini benar-benar bentuk ketulusan dan profesionalitas. Mereka tidak tergesa-gesa dalam menentukan diagnosa karena ini menyangkut langkah penting sebelum merancang kurikulum yang tepat untuk Omar.

12 Juli 2024

Hari ini, Kak Mitha dan Kak Clara datang lagi pukul 10.00 WIB untuk melanjutkan tes yang kemarin belum selesai. Tapi kali ini, tes hanya berlangsung sekitar satu jam saja. Omar sudah mulai kesulitan menjawab pertanyaan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Alhamdulillah! Akhirnyaaa selesai juga tesnya! 😅 

7 hari kemudian, hasil tes IQ dan observasi dibacakan oleh Bu Evi, Psikolog Klinis Anak, melalui Zoom.

Dari hasil tes IQ yang dilakukan, ternyata memang benar: Omar adalah anak Gifted. Hasil Test IQ menunjukkan angka 167. 

"MasyaAllah ya berasa tinggi badan", pikirku. 

Di usia 4 tahun 3 bulan, ternyata kemampuan kognitif Omar setara dengan anak 6 sampai dengan 9 tahun dan usia mentalnya di 7 tahun 3 bulan. "Lah pantes selama ini bunda sering frustrasi karena ternyata lagi ngedidik 'anak kecil' yang isi kepalanya ga 'sekecil' itu." hahahahaha, tapi alhamdulillah. Semuanya mulai terasa masuk akal sekarang.

Homeschooling di @hs.sekolahku itu gimana?

Banyak yang mengira Homeschooling yang Omar jalani itu online pakai Zoom dan worksheet gitu. Padahal, bukan. Homeschooling yang ini offline dan ada guru privat secara langsung. Jadi berbeda dari kelas main balita yang biasanya ada modul, lalu belajar bareng lewat Zoom. Homeschooling yang kami jalani ini benar-benar seperti sekolah TK, hanya saja tempat belajarnya rumah. Tetap ada kurikulum, ada guru, dan bahkan ada rapor juga. Jadi tetap terstruktur.

Di @hs.sekolahku, mereka menyediakan guru privat yang bisa datang langsung ke rumah. Lokasinya pun fleksibel dan menyesuaikan daerah masing-masing, jadi gak harus tinggal di Depok. Misal lokasi kamu di Bekasi, nanti mereka akan mencarikan guru yang masih dalam jangkauan. 

Tapi untuk Omar, bunda memilih mendampingi Omar sendiri. Selain karena merasa tertantang, sepertinya Bunda merasa ini saat yang tepat untuk memperbaiki bonding.

Selama ini, jujur aja, yang lebih sering muncul itu rasa frustrasi dan marah dibandingkan rasa bahagia dan bangga saat membersamai Omar.🥲

Maka, mungkin inilah jalannya untuk belajar bareng lagi, saling mengenal dan menumbuhkan hubungan yang lebih sehat antar Bunda dan Omar.

Apa saja yang didapatkan selama Homeschooling di @hs.sekolahku?

1. Grup Koordinasi

Hal pertama yang kami dapatkan adalah grup koordinasi khusus. Isinya ada Admin, Bu Evi (Psikolog Klinis Anak), Kak Mitha (Kepala Sekolah), Kak Clara (gurunya Omar), serta Ayah dan Bunda.

Grup ini menjadi wadah komunikasi untuk berbagai informasi yang berkaitan dengan kebutuhan sekolah. Misalnya, jadwal pembelajaran, modul mingguan, hingga diskusi tentang tantangan yang sedang dihadapi Omar.

Yang paling Bunda suka, grup ini bukan cuma tempat laporan tapi juga ruang curhat. Ayah dan Bunda bebas berbagi keresahan dan masyaAllah, sering kali langsung diberikan solusi. Bahkan, beberapa masalah itu bisa langsung dimasukkan ke dalam pembelajaran.

Keren banget kan?🥹

2. Individual Education Plan (IEP)

Setelah proses observasi dan asesmen selesai, tim dari @hs.sekolahku menyusun Individual Education Plan (IEP) untuk Omar yang berlaku selama 6 bulan atau satu semester.

IEP ini merupakan rancangan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak. Karena sifatnya individual, tentu IEP Omar berbeda dengan anak lainnya—benar-benar dibuat khusus, bukan berdasarkan standar sekolah formal.

Untuk semester pertama TK A, IEP Omar mencakup beberapa area pengembangan berikut:

  1. Sensori Motorik
  2. Konsep Dasar (Aritmatika Konseptual & Literasi Bahasa)
  3. Socioemotional Skills
  4. Adaptive Life Skills
  5. Science & Arts

Contoh IEP di area Sensori Motorik:

Selama 6 bulan ke depan, akan ada sejumlah capaian belajar yang ditargetkan. Misalnya, koordinasi tangan dan mata, regulasi gerak kasar dan halus, hingga kegiatan yang merangsang integrasi sensoris—semuanya disesuaikan dengan kebutuhan Omar yang memiliki SPD (Sensory Processing Disorder).

Di area Aritmatika Konseptual, meskipun statusnya masih TK, kemampuan Omar sudah setara dengan anak kelas 1 SD. Jadi pembelajaran langsung menyesuaikan ke tingkat tersebut—tanpa menurunkan standar, tapi juga tanpa memaksa.

Inilah enaknya homeschooling yang berbasis IEP: setiap anak belajar sesuai tahap dan kebutuhannya, bukan berdasarkan usia semata.

InsyaAllah, kebutuhan Omar pun bisa terpenuhi dengan lebih optimal melalui pendekatan ini.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah IEP selesai disusun, kami juga mendapatkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap bulannya.

RPP ini sangat detail dan terstruktur. Di dalamnya tertulis hari, tanggal, jenis kegiatan, serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Jadi, Bunda bisa mempersiapkan semuanya lebih awal—sudah kebayang deh, selama sebulan ke depan harus menyiapkan apa saja untuk mendampingi proses belajar.

Yang menarik, RPP ini sifatnya fleksibel.

Kalau di tengah jalan ada kebutuhan baru atau kondisi khusus, RPP bisa disesuaikan. Misalnya, di minggu pertama Bunda sempat mengeluhkan bahwa Omar sering merasa frustrasi kalau salah mengerjakan soal. Nah, di minggu kedua, Kak Clara langsung menyisipkan materi tentang salah itu gakpapa ke dalam kegiatan belajar.

MasyaAllah, responsif banget.

RPP bukan sekadar rencana di atas kertas, tapi benar-benar menjadi alat bantu yang hidup dan bisa beradaptasi sesuai dinamika harian.


4. Modul Pembelajaran

Setiap hari Jumat, guru Omar akan mengirimkan Modul Pembelajaran untuk satu pekan ke depan (Senin–Jumat).

Modul ini sangat membantu Bunda untuk menyiapkan aktivitas, mengecek ketersediaan alat dan bahan, serta menyusun ritme belajar yang sesuai.

Yang menarik, dalam modul ini juga terdapat tahapan pembiasaan—semacam rutinitas sebelum dan sesudah belajar. Tujuannya agar anak terbiasa dengan struktur kegiatan harian dan tahu kapan harus fokus serta kapan waktunya rileks.

Setiap lembar modul sudah mencakup:

  1. Tanggal kegiatan
  2. Kompetensi dasar
  3. Alat & bahan
  4. Tujuan pembelajaran

Serius deh, ini gak main-main. Kalau bukan guru yang memang terlatih dan paham kebutuhan anak, kayaknya sulit bisa menyusun modul sekomprehensif ini—apalagi untuk jangka panjang.

Yang juga memudahkan, di bagian bawah modul tersedia kolom catatan pembelajaran.

Bunda tinggal mengisi laporan ringan: misalnya apakah Omar sudah mencapai tujuan belajar hari itu, bagaimana respons emosinya, atau kendala yang dihadapi. Nantinya, guru akan membaca laporan ini dan mengevaluasi perkembangannya.

Setiap hari juga selalu ada kegiatan motorik kasar, motorik halus, dan sensori integrasi.

Anak jadi terus bergerak, berlatih, dan mendapatkan stimulasi sensorik yang konsisten.

Karena Omar punya SPD (Sensory Processing Disorder), kegiatan harian ini Bunda anggap juga sebagai terapi SI (Sensory Integration)—yang biasanya dilakukan 2x seminggu, kini bisa dijalani setiap hari di rumah.

Tantangannya tentu ada, terutama dalam hal bonding dan komunikasi. Karena jujur aja, Omar sering kali negosiasi untuk tidak melakukan kegiatan yang dia anggap tidak menarik. Tapi alhamdulillah, tim sekolah sangat responsif. Mereka bahkan memberi tips & trik agar Omar bisa tetap menjalankan aktivitasnya dengan senang.

📄 Contoh lembar Modul Pembelajaran terkait motorik kasar, motorik halus, dan integrasi sensorik

 

5. G-Drive untuk dokumentasi

Salah satu hal yang memudahkan selama homeschooling di @hs.sekolahku adalah dokumentasi. Setiap kegiatan yang dilakukan, baik itu foto atau video, cukup diunggah ke Google Drive yang sudah disediakan oleh tim sekolah.

Nggak perlu repot-repot menyusun laporan panjang, karena dokumentasi ini menjadi bukti nyata dari proses belajar yang dijalani Omar. Guru akan mengevaluasi berdasarkan dokumentasi tersebut, apakah Omar sudah mencapai kompetensinya atau belum.

Dengan cara ini, evaluasi jadi lebih objektif dan terukur—karena semuanya terekam dengan baik. Bahkan, Bunda bisa melihat progres Omar dalam bentuk visual yang sangat membantu.

6. Playdate Online

Salah satu kegiatan seru dalam homeschooling di @hs.sekolahku adalah playdate, yang diadakan dalam dua format: offline dan online.

Playdate Offline: Diadakan sekali sebulan secara langsung, biasanya melibatkan anak-anak yang tinggal di sekitar area, jadi mereka tetap bisa bertemu dan bermain bersama. Kegiatan offline ini biasanya berlangsung di luar rumah, seperti di taman atau tempat bermain anak, untuk memberi kesempatan Omar berinteraksi langsung dengan teman-temannya.

Ini waktu kita playdate ke Kebun Binatang Ragunan


Playdate Online: Selain yang offline, ada juga playdate online yang diadakan seminggu sekali. Meskipun hanya lewat video call, playdate ini tetap sangat menyenangkan dan penuh kegiatan seru. Anak-anak bisa bermain game edukatif, mengerjakan sesuatu bersama, dan mengobrol.


______

Begitulah kurang lebih kegiatan homeschooling-nya Omar sehari-hari.

Kalau teman-teman penasaran dengan aktivitas sehari-hari Omar, bisa langsung intip di Instagram: @homeschoolingomar ya! ❤️

Kalau ada yang ingin tahu lebih lanjut atau tertarik untuk homeschooling juga bersama @hs.sekolahku, boleh banget DM aku langsung.

InsyaAllah nanti akan aku bantu sambungkan ke adminnya.

Oh iya, Bundamar juga lagi ngadain webinar bareng Psikolog-nya Omar, lho!

Kita bakal ngobrol kesiapan mental anak sebelum sekolah. Jangan lupa daftar, ya! 🩵

Link daftar kelas webinar : bit.ly/miniedu27mei











Komentar

Postingan Populer