Cerita Kecil, Berdampak Besar: Alasan Membawa Omar ke Psikolog Anak

Cerita ini dimulai sejak bulan Februari tahun 2023. Dimana ternyata, keputusan Ayah Bunda berdampak besar untuk Omar.

Omar adalah anak yang hampir tiap bulan mengalami sakit demam batuk pilek. Tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, bulan Februari itu menjadi sakit terparahnya Omar. Qadarullahu wa maa sya’a fa’ala. Dokter mendiagnosa Omar dengan penyakit bronchopneumonia. Gak asing kan? Memang penyakit ini banyak dialami oleh anak-anak belakangan ini ya…

Diagnosa itu membuat Omar harus rawat inap di rumah sakit selama 4 hari 3 malam. Cukup untuk membuat Ayah Bunda trauma. Kami memutuskan untuk ‘mengurung’ Omar di rumah agar lekas pulih. Karena katanya, bronchopneumonia ini bisa berulang, apalagi jika imunitas anak sedang tidak baik.

Mundur lagi kebelakang, sejak bayi Omar ini anak yang sangaaaaat aktif. Kami juga tipe yang membebaskan anak bereksplorasi karena masa kecil kami di desa yang sangat dekat dengan alam. Kami ingin Omar juga merasakan hal seperti itu dengan keterbatasan lahan hijau di perkotaan ya. Tapi, gara-gara Ayah Bunda hanya fokus untuk pemulihan Omar, tanpa diimbangi dengan kebutuhan geraknya, Omar berubah.

Februari sakit, Maret bulan Ramahan, April mudik ke kampung, membuat Bunda memaksa Omar untuk bermain di rumah saja agar tidak banyak berinteraksi di luar. Mengingat kondisinya masih dalam pemulihan. Kami sampai bolak-balik ke dokter di rumah sakit untuk memastikan paru-parunya sudah bersih dari bronchopneumonia. Se-trauma itu kami.

DUAR! Seperti bom waktu, 3 bulan itu cukup sekali untuk membuat Omar menjadi anak yang ‘aneh’. Perubahan yang hanya bundanya bisa rasakan.

Perubahan terbesar yang pertama kali kami sadari adalah takut dengan air.

Setiap mau mandi, bunda harus bertengkar dan memaksa Omar karena dia tidak mau disiram kepalanya. Dia bisa sampai menangis tantrum dan memukul bunda. Bunda yang belum paham, ikut tantrum (Aku selalu say sorry ke omar atas ini sampai sekarang). Kata omar, “aku gakmau mandi! airnya itu kayak air terjun!”. “Ih apaan sih, aneh.” batinku.

Musim hujan adalah kesukaan Bunda dan Omar, karena kami bisa bermain dibawah derasnya hujan. Segar, dingin, dan menyenangkan. Hihi. Saat hujan turun, semua anak disuruh pulang ke rumah dan bermain di dalam rumah saja. Tapi omar berbeda, bunda akan minta untuk main di luar sambil hujan-hujanan. Tentu S&K berlaku ya. Omar suka hujan, dia bahagia saat hujan datang.

Namun, hari itu berbeda. Gerimis datang, dan Omar yang sedang bermain dengan teman-temannya di depan rumah tiba-tiba membeku dan menangis. Dia tidak tau apa yang dirasakan dan bagaimana harus bersikap. Bunda pikir aneh. Temannya mencari alasan ini dan itu karena mereka juga kaget Omar tiba-tiba menangis histeris. Bunda tanya kenapa Omar menangis, dia dengan bingung menjawab “aku takut hujan”. Semenjak itu, omar menolak hujan. Patah hati Bunda. Hiks.

Dalam kehidupan bersosial Omar juga mengalami perubahan. Tapi saat itu, bunda merasa itu hanya fase toddler-nya saja. Setiap Omar main di luar bersama teman-temannya, bunda mengalami kecemasan karena sudah terbayang saat nanti diajak pulang akan tantrum. Hal itu terjadi setiap kali main. Nah, Omar main itu sehari dua kali, pagi dan sore. Jadi sudah dipastikan tiap pagi dan sore Bunda harus berhadapan dengan omar yang tantrum karena tidak mau pulang😭

Setiap main, Omar hampir selalu jadi tersangka. Bahkan bunda juga sudah menduga kalau Omar tersangkanya. Contohnya, ketika dia bermain bersama teman sebayanya, lalu omar memanggil temannya dari belakang dengan cara menarik bajunya. Saking kencangnya Omar menarik bajunya, temannya tercekik. Temannya menangis, omar bingung, bunda dan omar minta maaf. Lain waktu, omar mencoba menyuruh temannya untuk mundur sedikit dengan tangannya, eh temannya jatuh terdorong. Temannya menangis, omar bingung, bunda dan omar minta maaf. Berulangkali, hampir setiap hari. Kebayang dong tingkat kecemasan bunda gimana🥲

Masa-masa itu sangat berat, bunda beberapa kali insomnia karena kecemasan tinggi. Sulit sekali tidur karena memikirkan omar, ketakutan hal-hal itu berulang, takut omar tidak punya teman juga. Di rumah bermasalah, di lingkungan juga bermasalah.

Sebelum masalah ini makin membuat keluarga kami stress, akhirnya kami meminta pertolongan ke Psikolog Anak untuk pertama kalinya💘

Komentar

Postingan Populer